Jiwa-jiwa yang berjuang
Basineng, kita adalah manusia-manusia yang berjalan dengan terseok dimasa lampau. Kita adalah jiwa-jiwa yang patah namun memaksa untuk berjalan jauh, kita adalah perahu dengan layar yang terkoyak namun bertahan melawan badai.
Kita selalu berjalan dan melangkah maju dengan harapan bahwa di persimpangan jalan kita akan dikejutkan dengan kehadiran sosok yang bisa mengantarkan kita pada kebahagian, pada sosok yang sekiranya akan menjadi orang yang mengajak kita pada satu frase bahagia tanpa syarat.
Kita sudah berjalan jauh, bahkan sudah terlalu jauh. Dan kita hanya bertemu dengan ketidakpastian dan rerumputan dengan daun bergerigi yang menyayat lengan kita yang terbuka, memberi luka-luka kecil yang perih karena terpapar keringat. Kita sudah sangat jauh dari titik awal kita mengulum senyum, dari titik awal dimana kita percaya bahwa kita akan bertemu dengan apa yang kita rencanakan.
Basineng, kita selalu tertawa sambil meneteskan air mata disetiap istirahat kita, merasa lucu dengan apa yang sudah kita lakukan, dan merasa terpuruk dengan apa yang sudah kita dapatkan. Kita kadang merasa bahwa keputusan yang telah kita ambil tidak pernah benar-benar tepat, dan selalu menyisipkan penyesalan.
Apakah kita benar-benar bukan pembuat keputusan yang baik?
Apakah kita adalah jiwa-jiwa yang sudah terlanjur patah tanpa bisa kembali tegak walau berusaha sekuat tenaga?
Kita hampir menyerah, kita bagaikan tubuh yang sudah remuk tak bertulang.
Lalu pada satu kesempatan, kita dipertemukan dengan satu kalimat yang kemudian mengubah cara kita memandang langkah yang sudah kita ambil.
"Jangan mencari seseorang untuk membuatmu bahagia, bahagiakan dirimu sendiri, lalu cari seseorang yang bisa menambahkan kebahagiaan itu."
"Segala luka dan tantangan ada dalam kehidupan kita untuk membentuk kita menjadi sesorang yang memenuhi tujuan kita diciptakan, dan kita tidak akan pernah jadi seseorang yang memenuhi tujuan tersebut jika kita berhenti dan menyerah untuk melewati semua luka dan tantangan yang dunia sediakan buat kita."
"Terkadang bukan kebahagiaan yang tidak ada disetiap jalan yang telah kita lalui, mungkin kita hanya terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki, terlalu fokus pada apa yang kita lewatkan, bukan pada apa yang kita miliki dan telah lalui."
Basineng, mungkin dulunya kita adalah manusia-manusia yang berjalan dengan terseok dimasa lampau. Namun, kita secara tidak sadar telah terbentur dan terbentuk. Kita bukan lagi jiwa-jiwa yang sama seperti dulu. Kita sudah semakin dekat pada pemahaman akan arti sebenarnya kebahagian tak bersayarat.
Post a Comment