Bom Waktu
Table of Contents
Lagi-lagi kau muncul, bayang imaji
yang kukira sudah tertidur lelap dibilik reot pikiranku. Sepertinya
malam ini aku tak mau diganggu, kuacuhkan kemunculannya. Kuambil buku
dan menutup diri dalam ruang baca.
Ia tak mengikutiku, aku duduk dan
mulai meletakkan pandanganku pada lembaran buku yang ku pegang, hambar,
tak kurasakan keasyikan dalam tiap ukiran huruf yang tercetak pada
kertas buram dihadapanku. Entah kemana pikiranku berlayar sekarang,
imajenasiku mengawang, rasa ku mengambang dipermukaan awan, jauh, sangat
jauh.
"Mau menyerah sekarang ?" tanyamu, bayangan imaji yang tak pernah ada, yang tiba-tiba muncul dari dalam kepalaku.
"Pergilah, aku ingin sendiri"
"Pergilah, aku ingin sendiri"
"Sebelum
terlalu jauh, aku mengulang kalimatku tempo hari, menyerahlah. Apa
keheningan bisa menjawab rindumu ? tidak..tidak akan pernah bisa !"
" Aku punya caraku sendiri."
"Kau masih naif seperti biasanya, bodoh !"
"Aku tak ingin mendengar ocehanmu malam ini, tolong pergilah."
"Kau
keras kepala, berhentilah menguak sendiri luka di dadamu. Perasaan itu
hanya akan menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meledakkanmu, kau dan
hatimu. !"
"Ku mohon, pergilah. Untuk malam ini saja. Paling tidak 9 jam dari sekarang. Sungguh, aku mau sendiri untuk saat ini."
Kau-bayangan
imaji- diam beberapa saat, ku dengar langkahmu mulai menapak menjauh.
Itu lebih baik. Aku butuh keheningan sekarang. Untuk saat ini.
Post a Comment